KLASIFIKASI PEKERJAAN SUNGAI
Sungai
merupakan sistem yang teratur dimana segala macam komponen penyusun sungai
memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik ini menggambarkan kondisi
spesifik sungai yang bersangkutan. Sistem sungai alamiah merupakan sistem
sungai yang teratur dan komplek yang setiap komponennya saling berpengaruh satu
sama lain (Maryono, 2002). Keteraturan alur sungai berkaitan dengan bentuk alur
dengan kemiringan memanjang dasar sungai, apakah alur sungai itu lurus,
meander, atau bercabang.
A. Perbaikan dan Pengaturan Sungai
Dewasa
ini, pola dan cara pembangunan dan pemanfaatan potensi sungai negara-negara
berkembang termasuk Indonesia, meniru cara-cara tahapan awal yang dilakukan
oleh negara-negara maju abad-abad sebelumnya. Pengembangannya banyak ditekankan
pada hidraulik murni yang tidak mempertimbangkan faktor ekologi dan dampak dari
pembangunannya. Cara-cara lama tersebut di negara maju sudah menunjukkan dampak
buruk, seperti banjir, erosi, kerusakan ekologi lingkungan secara terus menerus,
sehingga cara tersebut sudah tidak digunakan lagi dan beralih ke konsep
ekohidraulika. Konsep ini merupakan metode yang relatif murah, aman, dan
keberlanjutannya tinggi, serta memiliki dampak positif konservasi air dan
ekosistem yang tinggi. Perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai mempunyai
tujuan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan suatu lembah sungai, serta
kebutuhan masyarakat. Perbaikan alur sungai bertujuan antara lain untuk
pencegahan terhadap bahaya banjir yang disebabkan adanya sedimentasi yang mana
berakibat kapasitas alur sungai tidak mencukupi dalam menampung debit sungai
serta mengusahakan agar alur sungai senatiasa dalam keadaan stabil. Sehingga
mempermudah pemanfaatan air, yang mana penyadapannya juga lebih mudah, pelestarian
lingkunganpun dapat terjamin.
1.
Perbaikan
Sungai
a.
Pembangunan
Sungai Dengan Konsep Hidraulika Murni
Konsep
pembangunan hidraulika murni tidak mempertimbangkan aspek ekologi dan dampak
yang akan terjadi setelah pembangunan. Metode ini telah merubah penampilan
alami dan alur alamiah sungai menjadi buatan yang berbentuk trapesium dengan
alur relatif lurus.
Beberapa
pembangunan sungai yang dilakukan dengan konsep hidraulika murni antara lain
normalisasi sungai berupa pelurusan, sudetan, penyempitan alur, penyederhanaan
tampang sungai. Kegiatan lainnya adalah koreksi dan rekayasa sungai pada
pembangunan transportasi sungai, regulasi sungai, proteksi tebing, pengerukan,
dan penaikkan elevisi muka air.
1)
Pelurusan
Sungai
Tujuan
dari pelurusan sungai ini adalah untuk mengurangi banjir lokal, meningkatkan
kebersihan kawasan, memperpendek lintasan transportasi, kemudahan navigasi
transportasi sungai dan pembangunan hydropower plan. Dengan beda tinggi yang
sama dan panjang alur yang lebih pendek, akan menghasilkan slope yang lebih
besar sehingga kecepatan aliran tinggi. Indikasi dampak negatif dari pelurusan
sungai ini adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan sedimentasi di
daerah hilir, dan erosi di daerah hulu. Pemendekkan berdampak menurunkan
tingkat peresapan (waktu untuk meresap ke dalam tanah) yang mengakibatkan
banjir di hilir dan kekeringan (saat musim kemarau), sehingga konservasi air di
hulu rendah.
2)
Penyudetan
Sudetan
adalah usaha menyudet sungai yang bermeander di tempat-tempat tertentu,
sehingga air sungai tersebut tidak melewati meander lagi, namun melintas
langsung melewati saluran sudetan baru. Tujuannya adalah untuk mempercepat
aliran air menuju ke hilir sekaligus mendapatkan tanah untuk pertanian serta
mengurangi banjir lokal. Indikasi dampak negatif dari sudetan adalah retensi
tahanan aliran berkurang, peningkatan banjir dan sedimentasi di daerah hilir,
dan erosi di daerah hulu. Terjadinya oxbow buatan yang terisolir sehingga
menyebabkan ekosistem mati, menjadi sarang nyamuk, dan pembuangan sampah,
bahkan menjadi wilayah pemukiman.
3) Pembuatan Bendung
Pembuatan
bendung merupakan salah satu rekayasa di sungai untuk mengatur muka air sungai
dan alur sungai. Indikasi dampak dari kegiatan ini adalah percepatan arus, erosi,
dan sedimentasi di berbagai lokasi. Diperlukan pemeliharaan secara intensif dan
terus-menerus.
4) Proteksi Tebing
Proteksi tebing
adalah rekayasa sungai untuk memperkuat tebing dari gaya gelombang yang
disebabkan oleh kapal atau dari arus sungai. Indikasi dampak negatif yang
timbul akibat perkerasan tebing adalah terjadinya kepunahan ekologi sempadan
sungai karena kondisi habitat ekosistemnya berubah total. Tumbuh-tumbuhan
sepanjang pinggir sungai dihilangkan diganti dengan pasangan batu kosong atau
isi.
5)
Penyempitan
Alur
Penyempitan
alur merupakan usaha/pembangunan sungai yang merubah tampang melintang sungai
alamiah menjadi alur dengan tampang teknis yang sempit. Penyederhanaan profil
tampang sungai menjadi berbentuk trapesium atau segiempat. Profil ini dibuat
dengan tujuan mempermudah pemeliharaan, mendrain kawasan, membersihkan kawasan,
dan juga mempermudah hitungan hidroliknya. Dampak negatifnya adalah
berkurangnya retensi alur sungai, rusaknya ekologi sungai, dan menurunnya
konservasi air.
6)
Pembuatan
Tanggul
Pembuatan
tanggul memanjang sungai adalah rekayasa teknik hidro dengan tujuan untuk
membatasi limpasan atau luapan air sungai, sehingga banjir dapat dihindari.
Namun kelemahannya adalah apabila terjadi kegagalan tanggul akan mengarah kepada
jebolnya tanggul akibat rembesan karena bocoran konstruksi lapisan kedap air
dan over tapping. Selain itu, bangunan ini tidak mampu menahan genangan
yang relatif lama (lebih dari 2 hari).
7)
Pengerukan
Alur Sungai
Pengerukan
adalah rekayasa sungai yang dilakukan untuk memperbaiki alur dan tampang
melintang sungai untuk pelayaran. Indikasi dampak pengerukan ini adalah
penurunan resistensi alur sungai karena biasanya dilakukan jika di
tengah-tengah sungai ada pula gundukan pasir elemen sungai lainnya termasuk
vegetasi tepi sungai tranportasi sungai.
8)
Pembangunan
Bendungan
Bendungan
bertujuan membendung air sehingga didapatkan sejumlah volume air yang bisa
digunakan untuk keperluan tertentu (misal memutar turbin kaitannya dengan
pembangkit tenaga listrik, pengairan, konservasi dan rekreasi). Indikasi dampak
negatif dari pembangunan bendung ini adalah interupsi ekologi sungai
(misal fish migration) dan interupsi transport sedimen sungai. Akibat lain
dari pembuatan bendung atau bendungan melintang sungai adalah terjadinya
penggenangan (inundating) di bagian hulu bangunan, berkurangnya areal hutan
atau pertanian yang signifikan, meningkatnya asam akibat pembusukan vegetasi
dalam air, terjadi instabilitas angkutan sedimen sepanjang alur sungai terutama
di hilir.
b.
Pembangunan
Sungai dengan Konsep Ekohidraulika
Konsep
ekohidrolika merupakan konsep pembangunan sungai integratif yang berwawasan
lingkungan. Dalam konsep ini, sungai didefinisikan sebagai suatu sistem keairan
terbuka yang padanya terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu
flora dan fauna disatu sisi dan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain,
serta seluruh aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan sungai
Aktivitas
yang dilakukan dengan konsep ini antara lain adalah restorasi sungai (river
restoration), repitalisasi sungai (river revitalisation) atau renaturalisasi
sungai (river renaturalisation). Maksud dari pembangunan sungai integratif
dengan wawasan lingkungan tersebut adalah pembangunan sungai dengan memperhatikan
faktor biotik (seluruh makhluk hidup-ekologi) dan abiotik (seluruh komponen
fisik-hidraulik) yang ada di wilayah sungai. Beberapa aktivitas yang terkait
dengan konsep ini antara lain :
a.
Aktivitas peningkatan retensi
sungai dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menanami kembali
bantaran-bantaran sungai yang dulunya sudah dibersihkan atau diratakan pada
saat pelurusan sungai. Vegetasi di sepanjang sungai tersebut akan dapat
menurunkan kecepatan air mengalir ke arah hilir sekaligus menghidupkan dinamika
sungai serta deversifikasi kecepatan, kedalaman air, turbulensi aliran dll.
b.
Dalam rangka meningkatkan ruang
retensi sepanjang alur sungai, sehingga dapat menurunkan banjir di hilir maka
dilakukan peningkatan retensi bantaran sepanjang alur sungai dengan cara
membuka lahan-lahan pinggir sungai yang secara geografis dapat dikembangkan
menjadi kolam konservasi semi-ilmiah.
c.
Mengembalikan kondisi dinamik
sungai dengan cara menanami daerah bantaran sungai yang hilang vegetasinya.
Disamping itu juga dapat melakukan penggalian-penggalian sungai yang telah
diluruskan dibuat berkelok-kelok lagi. Cara lain dengan membuat pulau-pulau
buatan di tengah sungai. Dengan ini maka kecepatan aliran air akan berkurang,
arus air akan terbendung secara tidak permanen. Muka air akan naik di bagian
hulu dan di hilir turun serta timbul loncat air di beberapa tempat. Hal ini
akan meningkatkan intensitas dinamik sungai. Cara yang lainnya adalah dengan
membuat krib-krib sepanjang alur sungai yang sudah diluruskan secara berseling,
sehingga terjadi proses perubahan dari alur lurus ke alur yang berkelok-kelok.
d.
Dengan menerapkan re-meandering,
maka akan terbentuk struktur morfologi sungai yang dinamis yang padanya
terdapat daerah erosi dan endapan, daerah dengan kecepatan tinggi, sedang dan
rendah bahkan sangat rendah. Disamping itu juga terdapat daerah bantaran sungai
yang lebar yang secara periodis dan dinamis mendapat suplai air dan nutrisi
ekologis dari hulu. Dengan restorasi ini, maka didapat berbagai keuntungan
antara lain :
1) Alur
sungai tidak teratur tersebut dapat meretensi aliran air, sehingga tendensi
banjir di hilir bisa dikurangi.
2) Menurunkan
kecepatan aliran air, sehingga erosi di berbagai tempat di sungai ini bisa
dihindari
3) Flora
dan fauna tumbuh kembali menuju komposisi flora dan fauna alamiah semula.
e.
Pembukaan lagi sungai-sungai lama
yang telah ditutup untuk menambah kemampuan retensi air pada waktu banjir,
sekaligus untuk menghidupkan kembali ekosistem sungai lama yang telah mati,
meningkatkan konservasi lain, menurunkan kecepatan air, mengurangi resiko
banjir hilir dan meningkatkan kualitas ekosistem dan menghidupkan kembali
sungai lama.
f.
Menstabilkan muka air tanah dengan
cara memperbanyak ruang retensi alamiah di bagian hulu dan meningkatkan resapan
air hujan ke tanah dengan cara memperbanyak daerah tangkapan air hujan yang
dilindungi.
g.
Metode bioengineering sebagai
usaha untuk menggunakan komponen vegetasi (tanaman-tanaman dan di sepanjang
bantaran sungai) untuk menanggulangi longsoran dan erosi tebing sungai dan
kerusakan bantaran sungai lainnya. Metode yang murah dan mempunyai
sustainibilitas yang tinggi.
h.
Konsep drainase ramah lingkungan
dengan cara mengalirkan kelebihan air (air hujan) dengan cara meresapkan air ke
dalam tanah, menyimpan dipermukaan tanah untuk menjaga kelembaban udara dan
mengalirkan ke sungai secara proporsional sehingga tidak tidak menyebabkan
tambahan beban banjir di sungai.
2.
Pengaturan
Sungai
a.
Pengaturan
Saluran
Pengaturan
saluran dimaksudkan agar dimensi (ukuran saluran) pada sungai diformulasikan
sesuai dengan bentuk rancangan yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Jadi
lebar dan kedalaman saluran pada sungai diatur sedemikian rupa supaya profil
tertentu tersebut dapat dipertahankan sepanjang tahun, lazim disebut
“normalisasi sungai”. Maksud dan tujuan normalisasi adalah untuk keperluan
navigasi, melindungi tebing sungai karena erosi (kikisan), atau untuk
memperluas profil sungai guna menampung banjir – banjir yang terjadi.Pekerjaan
untuk normalisasi untuk sungai antara lain menggunakan mesin pengurukan (dredgingmachine),
pemasangan krib (groynes), pemasangan tanggul kanan kiri sungai (levee),
pemasangan pelindung tebing (revetment), pemasangan ambang terendam (submerged
sill) dan lain – lain.
b.
Pengaturan
Debit
Curah
hujan sepanjang tahun selalu berubah – ubah tergantung pada musim, hal ini
mempengaruhi banyaknya air yang mengalir disungai. Maka kondisi ini akan
menyulitkan pengaturan debit bagi keperluan navigasi, irigasi, tenaga air dan
lain – lain. Maka untuk itu sungai – sungai yang fluktuasi debit sungai besar
yaitu perbandingan debit maksimum dan minimum cukup besar, maka debit sungai
perlu diatur. Pengaturan dilakukan dengan cara membangun bendungan besar,
sehingga air ditampung dalam suatu waduk (reservoir) tahunan sedangkan debit
sungai melalui outlet structure(bangunan pengeluaran) dapat diatur
sepanjang tahun. Maka perlu dipasang peralatan debit hydrograph pada sungai
disebelah hilir (downstream) waduk.
c.
Pengaturan
Muka Air Sungai
Pengaturan muka
air sungai ini dimaksudkan untuk meninggikan muka air sungai dengan membangun
sebuah ambang pada palung sungai yang berupa “Bendung” (Weir) dan air yang dialirkan
melalui saluran buatan.
B. Pemanfaatan Air Sungai
Keberadaan
sungai dan kehidupan manusia, tak bisa dipisahkan sampai kapan pun. Demikian
juga dengan kehidupan hewan dan mahluk lain, semua tergantung dengan sungai. Beberapa
pemanfaatan air sungai adalah sebagai beikut :
1.
Sumber
Air Bersih
Salah
satu manfaat sungai untuk kebutuhan manusia adalah sebagai sumber cadangan air
bersih bagi manusia, terutama masyarakat perkotaan. Sejak dahulu manfaat sungai
bagi manusia antara lain untuk keperluan minum, makan, mandi, cuci dan berbagai
kebutuhan dasar lainnya. Sekarang pun manusia modern masih memakai air sungai
untuk keperluan mencuci dan mandi, namun harus diproses / disterilisasi dahulu
sebelum dikonsumsi.
Insititusi
yang bergerak dibidang pengolahan air bersih namanya PDAM, perusahaan ini milik
pemerintah. Sebagian besar PDAM menggunakan air sungai sebagai sumber air
bersihnya.
Sayangnya
air sungai dibeberapa tempat, terutama di kota-kota besar, sudah tercemar.
Akibatnya masyarakat kesulitan memanfaatkan air sungai. Sebaliknya, di desa
yang masih memiliki air sungai jernih. Masyarakat masih menggunakan air sungai
untuk berbagai keperluan.
2.
Pengairan
dan irigasi
Fungsi
sungai bagi sektor pertanian adalah sebagai sarana irigrasi bagi lahan
pertanian seperti sawah, kebun, Dengan menggali tanah dan membuat saluran air,
manusia menggunakan air sungai untuk mengairi sawah, kebun dan ladang.
3.
Sumber
Energi Pembangkit Listrik
Aliran
air sungai yang deras dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik.
Untuk skala besar, dibangun Pusat Listrik Tenaga Air atau PLTA.
4.
Budidaya
Perikanan
Sudah
lama sungai dijadikan media budidaya ikan oleh masyarakat yang hidup di pinggir
sungai. Sungai menyediakan cadangan air tanpa pernah surut walaupun musim
kemarau.
Sungai
menjadi habitat sempurna bagi ikan-ikan tertentu, oleh karena itu masyarakat
memanfaatkan air sungai untuk budidaya perikanan dengan membuat karamba.
Budidaya
ikan dengan sistem karamba, keunggulannya lebih hemat dari segi modal dari pada
di kolam. Selain itu juga dari segi biaya pakan lebih ringan, sebab ikan yang
dikaramba bisa menyantap plankton dan biota lain yang terbawa arus air sungai.
C.
Perbaikan
Lingkungan Sungai
Sungai
yang mengalami penurunan akan fungsinya sebagai saluran air perlu dilakukan
perbaikan baik pada sungai maupun linkungan sungai. Beberapa cara untuk
memperbaiki lingkungan sungai adalah dengan membangun atau merehabilitasi
bengunan-bangunan seperti :
1. Membuat/Memperbaiki
tanggul yang berada disekitar sungai
agar sungai tidak mengalami erosi/longsong yang dapat menyebabkan kerusakan
pada lingkungan dan sungai itu sendiri
Jenis-jenis tanggul.
Berdasarkan
fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai dan kondisi topografi
setempat tanggul dapat dibedakan sebagai berikut :
Ø Tanggul
utama
Ø Tanggul
skunder
Ø Tanggul
terbuka
Ø Tanggul
pemisah
Ø Tanggul
melingkar
Ø Tanggul
sirip
Ø Tanggul
pengarah
Ø Tanggul
keliling dan tanggul sekat
Ø Penyadap
banjir
Ø Tanggul
tepi dananu dan tanggul pasang
Ø Tanggul
khusus
Ø Tanggul
belakang.
2.
Perkuatan lereng (revetments)
adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi
suatu tebing aIm sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan
berperan meningkatkan stabilitas allur sungai atau tubuh tanggul yang
dilindunginya. Telah terjadi pengembangan yang sangat lanjut terhadap
konstruksi, salah satu bangunan persungaian yang sangat vital ini dan pada saat
ini telah dimungkinkan memilih salah satu konstruksi, bahan dan cara
pelaksanaan yang paling cocok disesuaikan dengan berbagai kondisi setempat.
Walaupun demikian konstruksi perkuatn lereng secara terus menerus dikembangkan
dan disempurnakan.
Klasifikasi
dan Konstruksi Perkuatan Lereng
Klasifikasi
perkuatan lereng berdasarkan lokasi, perkuatan lereng terdiri atas 3 jenis
yaitu : perkuatan lereng tanggul (levee revetment), perkuatan tebing sungai
(low water revetment) dan perkuatan lereng menerus (high water revetment).
a.
Perkuatan
lereng tanggul
Dibangun
pada permukaan lereng tanggul guna melindungi terhadap gerusan arus sungai dan
konsdtruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-tanggul yang sangat dekat
dengan tebing alur sungai atau apabila diperkirakan terjadi pukulan air (water
hammer).
b.
Perkuatan
tebing sungai
Perkuatan
semaeam ini diadakan pada tebing alur sungai, guna melindungi tebing tersebut
terhadap gerusan arus sungai dan meneegah proses meander pada alur sungai.
Selain itu harus diadakan pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan
terhadapbangunan semaeam ini, karena disaat terjadinya banjir bangunan tersebut
akan tenggelam seluruhnya.
c.
Perkuatan
lereng menerus
Perkuatan
lereng menerus dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai seeara menerus
(pada bagian sungai yang tidak ada bantarannya). Konstruksi perkuatan lereng
dapat dikombinasi dengan : pelindung lereng, pondasi dan pelindung kaki, sambungan,konsolidasi,
pelindung mercu.
3.
Pembuatan
Bangunan Check Dam
Check
dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan sedimen dalam
jangka waktu sementara atau tetap, dan harns tetap melewatkan aliran air baik
melalui mercu maupun tubuh bangunan. Check dam juga digunakan untuk mengatur
kemiringan dasar saluran drainase sehingga mencegah terjadinya penggerusan dasar
yang membahayakan stabilitas saluran drainase.
Selain
pembuatan atau pemeliharaan dan perbaikan bangunan diatas, masih banyak lagi
bangunan-bangunan yang dapat dibangun guna meperbaiki lingkungan sungai.
D. Perbaikan Alur Sungai Untuk Lalu
Lintas
Sungai
sebagai saluran air hujan sebagai sumber kehidupan manusia juga berfungsi
sebagai sarana lalu lintas/transportasi. Dewasa ini fungsi sungai sebagai
sarana lalu lintas mulai berkurang, untuk memulihkan fungsi sungai sebagai
sarana lalu lintas maka harus dilakukan pekerjaan sebagai berikut :
1.
Pengerukan
Sedimen Sungai
Berdasarkan
PM no.52 Tahun 2012, Pekerjaan pengerukan dilakukan untuk:
a. Membangun
alur-pelayaran dan kolam pelabuhan sungai dan danau; dan
b. Memelihara
alur-pelayaran dan kolam pelabuhan sungai dan danau.
Pengerukan menurut Asosiasi Internasional Perusahaan Pengerukan adalah
mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya
perairan dangkal seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal,
dan memindahkan atau membuangnya ke lokasi lain.
Untuk
melakukan pengerukan biasanya digunakan kapal keruk yang memiliki alat-alat khusus sesuai dengan
kondisi di areal yang akan dikeruk, seperti:
Ø Kondisi dasar air (berbatu, pasir, dll)
Ø Areal yang akan dikeruk (sungai, danau,
muara, laut dangkal, dll.)
Ø Peraturan atau hal-hal yang diminta oleh
pemerintah lokal ataupun oleh pihak yang meminta dilakukan pengerukan
2. Pelurusan
Sungai/Penyudetan
Sungai sebagsi sarana transportasi sebaiknya
memiliki lintasan atau alur yang tidak terlalu panjang agar waktu yang ditempuh
lebih cepat Tujuan dari pelurusan sungai ini adalah untuk mengurangi banjir
lokal, meningkatkan kebersihan kawasan, memperpendek lintasan transportasi,
kemudahan navigasi transportasi sungai dan pembangunan hydropower plan. Dengan
beda tinggi yang sama dan panjang alur yang lebih pendek, akan menghasilkan
slope yang lebih besar sehingga kecepatan aliran tinggi.
Indikasi dampak negatif dari pelurusan sungai
ini adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan sedimentasi di daerah
hilir, dan erosi di daerah hulu. Pemendekkan berdampak menurunkan tingkat
peresapan (waktu untuk meresap ke dalam tanah) yang mengakibatkan banjir di hilir
dan kekeringan (saat musim kemarau), sehingga konservasi air di hulu rendah.
E.
Exploitasi dan Pemeliharaan Sungai
1. Ekxploitasi
Ekxploitasi yang
berarti politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang atau terlalu berlebihan
terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilanserta kompensasi kesejahteraan. Jadi Eksploitasi sungai adalah pemanfaatan
sungai secara sewenang-wenang hanya kepentingan ekonomi semata. Eksploitasi
sungai secara berlebihan masih sering terjadi. Sebagai dampaknya, kondisi
tercemarnya aliran sungai pun tidak dapat dihindari yang kemudian tentu membawa
dampak buruk bagi kehidupan manusia. Sesuai dengan kenyataan yang
ada, sungai Indonesia semakin tercemar oleh
berbagai bahan pencemar. Dan umumnya, bahan pencemaran
tersebut dapat masuk ke sungai disebabkan oleh perilaku
manusia.
Dulu, sungai memang
dianggap sebagai sarana pembuangan sehingga mindset itu membuat
sungai dijadikan tempat pembuangan limbah organik maupun anorganik oleh
manusia. Bahkan seiring dengan meningkatnya sektor industri, kini sungai pun
harus rela diakrabi limbah berbahan kimia yang tentu bisa merusak ekosistem
sungai itu sendiri.
a.
Penyebab Pencemaran Sungai
Dari segi bentuk, terdapat dua jenis muatan atau bahan yang menyebabkan
pencemaran:
Ø Benda padat, berupa sampah-sampah padat dari
kertas, plastik, dan material lainnya.
Ø Cairan, yang akan langsung bersatu dengan
aliran air yang dicemari.
Sedangkan dari tempat asalnya, limbah
penyebab pencemaran air dibagi menjadi berbagai macam, antara lain:
Ø Limbah rumah tangga. Limbah sampah (baik
padat maupun cair) seperti: bungkus makanan, air sabun,
Ø air bekas cucian yang mengandung zat kimia,
dan sebagainya.Limbah industri. Limbah pencemar yang berasal dari aktivitas
industri. Sebagaimana kita ketahui, negara ini dipenuhi dengan ratusan ribu
industri penghasil limbah. Pabrik-pabrik yang beroperasi di banyak tempat
seringkali tidak memperhatikan kesehatan lingkungan di sekitarnya. Sisa
produksi yang bermuatan zat kimia adalah pencemar air sungai nomor satu,
di samping limbah padat lainnya yang jenisnya sangat beragam.
Ø Limbah pertanian. Penggunaan bahan kimia
dalam kegiatan pertanian adalah sumber utama yang bisa mencemari perairan
meskipun tidak separah apa yang dihasilkan oleh limbah industri.
Ø Selain ketiga penghasil utama limbah pencemar
air di atas, masih ada satu lagi sumber limbah yang ada hanya di sejumlah
daerah, yaitu berasal dari aktivitas pertambangan.
b.
Dampak Pencemaran Sungai
Air yang tercemar tentu membawa dampak pada
kerugian bagi makhluk hidup, mengingat kedudukan air sebagai salah satu elemen
terpenting dari kehidupan. Berikut adalah beberpa dampak pencemaran sungai :
Ø Tumbuhnya mikroorganisme berbahaya yang
berasal dari pembusukan sampah. Bila sampai masuk ke dalam tubuh,
mikroorganisme ini akan menimbulkan bahaya, yaitu penyakit.
Ø Air yang beracun, sehingga berbahaya bila
dikonsumsi untuk di daur ulang. Racun ini bisa berasal dari limbah kimiawi dari
rumah tangga, industri, pestisida dari kegiatan pertanian, dll
Ø Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari
Ø Terganggunya keseimbangan ekosistem di dalam
air yang bisa berdampak bagi kehidupan manusia, contoh: berkurangnya populasi
ikan di sungai atau laut.
2. Pemeliharaan
Sungai
Sungai adalah salah satu sumber air yang
paling pokok, kapasitas tampung semakin menyusut. l Air makin hari makin dibutuhkan oleh masyarakat, kuantitas
dan kualitas. Air dirasakan makin sulit didapat, biarpun secara global jumlah
air relatif sama. Upaya pengendalian dan perlindungan sungai sudah dimulai
cukup lama dilakukan, namun belum seimbang dengan kebutuhannya.
a. Pemeliharaan
Sungai dan Bangunannya
1) Prinsip
Pemeliharaan Sungai
Sungai yang sudah memerlukan Pemeliharaan adalah :
Ø Sungai yang sudah berfungsi sebagai
sumberdaya air yang berfungsi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Ø Sungai yang telah menimbulkan masalah banjir,
perlu upaya dan usaha pengamatan.
2) Jenis
Pemeliharaan :
Ø Pemeliharaan Prefentif
·
Pemeliharaan
Rutin
·
Pemeliharaan
Berkala
·
Perbaikan
Ø Pemeliharaan Korektif
·
Pemeliharaan
Khusus
·
Rehabilitasi
Bangunan Sungai
·
Rektifikasi
Bangunan Sungai
Ø Pemeliharaan Darurat
·
Perbaikan
Kecil
3) Pengendalian
Sungai
Ø Ancaman bahaya yang berasal dari sistem
sungai akibat dari kekuatan alam antara lain : banjir, banjir lahar, erosi dan atau
pendangkalan pada dasar palung sungai serta erosi tebing palung sungai yang
mempengaruhi morfologi sungai atau gerusan lokal pada bangunan-bangunan sungai.
Ø Ancaman bahaya yang berasal dari sistem
sungai akibat dari ulah manusia, antara lain : Penambangan secara berlebihan bahan
galian golongan C, kegiatan transportasi air di palung sungai atau di daerah
manfaat sungai, yang pada sungai aluvial akan mengganggu.
Ø Ancaman bahaya yang berasal dari kombinasi
kekuatan alam dan ulah manusia, akan berdampak jauh lebih parah.
3. Pelaksanaan
Pemeliharaan Sungai
Ø Prinsip Pemeliharaan Sungai
ü Agar Fungsi SDA dipertahankan
ü Agar upaya pengamanan sungai berjalan baik
Ø Cakupan Pemeliharaan Sungai
ü Pemeliharaan terhadap komponen Sumber Daya
Alam
ü Pemeliharaan terhadap komponen Sumber Daya
Buatan
Ø Kegiatan Pemeliharaan Sungai
ü Pemeliharaan Sungai secara non fisik
ü Pemeliharaan Sungai secara fisik
Petrofer Oil sangat memahami tuntutan konsumen dimana konsumen membutuhkan pelumas yang berkualitas namun dengan harga yang terjangkau, karena itu Petrofer Oil sangat diterima oleh konsumen.
ReplyDeleteProduk Petrofer Oil tersedia untuk semua kebutuhan industri seperti :
Metal working fluid, Metal forming lubricants, Die casting, Forging, Hidrolik oil, Slide way, Gear oil, Cutting oil, Quenching oil dan berbagai jenis chemicals.
Anda dapat menemukan informasi terbaru mengenai kami pada halaman ini. Perusahaan kami terus berkembang dan berevolusi. Kami menyediakan beragam layanan. Misi kami adalah menyediakan solusi terbaik yang dapat membantu semua orang.
PETROFER OIL & CHEMICAL
AFTER MARKETING
TOMMY.K
KONTAK
(081310849918)